Audi Fristya | 23 Mar 2021

#RealStory: Trimo Leksono Bercerita Tentang Kolaborasi dan Bekerja Saat Pandemi

Hi Alterrans,

Yes, kabar baik untuk kita semua! #RealStory ada episode barunya, lho. Kali ini ada yang spesial di tahun yang baru. Kenapa? Karena sekarang kamu bisa melihat cuplikan video saat tim KAMIS mewawancarai nara sumber di Youtube Channel Alterra. Nah di #RealStory episode pertama di tahun 2021 ini, ada Trimo Leksono, selaku Product Director yang akan membagikan kisahnya mengenai berbagai value yang ada di timnya. Selain itu Trimo juga punya beberapa pesan untuk Alterrans yang masih harus berjuang bekerja di kala pandemi seperti sekarang. Tidak usah berlama-lama, langsung aja yuk kita baca wawancara lengkapnya!

========================================================================================================

Q : Menurut mas Trimo, value apa sih yang paling menggambarkan tim yang mas pimpin saat ini?

A: Kalau ditanya value apa yang ada di tim Product, gue bisa bilang ada beberapa yang menonjol. Tapi mungkin yang paling terlihat adalah Customer Focus ya. Di setiap kegiatan di tim Product pasti kita berhubungan dengan customer kan. Bisa dibilang Customer Focus itu menjadi nama tengah dari tim Product. 

Berbicara soal customer, konteksnya bisa luas. Kalau di karyawan atau Alterrans sendiri, company itu bisa dianggap atau menjadi customer secara besar. Kalau dikecilin lagi, customer ya bisa stakeholder, software engineer, atau executive. Jadi menurut gue, kalau orang yang ingin join ke tim Product harus menjunjung tinggi value Customer Focus. 

========================================================================================================

Q : Pernah mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan customer enggak Mas? Gimana cara menyelaraskan dua pihak berbeda?

A: Oke, balik lagi ke konteks. Ada request, order, problem, untuk menyelaraskan semuanya itu harus liat konteks. Jadi gini, jadi orang Product itu harus berani bilang no terhadap request. Tapi no-nya itu tidak sembarang no ya, tetap harus ada reason dan why-nya lah. Biasanya akan kita jelaskan juga kenapa satu ide atau request itu tidak bisa dijalankan. Angle dan konteks harus tepat agar pihak lain bisa menerima dengan baik.

Nah, konteks yang tepat seperti apa? Namanya sebuah produk itu harus sesuai dengan kepentingan besar dari produk itu sendiri. Bukan masalah siapa yang request tapi lebih ke “oke relevan enggak ya buat Product goals yang sudah di setup di awal tahun?.” Apapun yang dibuat itu harus tetap sesuai dengan goals yang direncanakan. Jadi jika tidak sesuai ya harus berani bilang no

========================================================================================================

Q: Jangan jadi yes man ya? 

A: Benar! Kalau dia tidak berani untuk bilang enggak ya sudah tidak cocok dari pertama karena tidak relevan. Kita percaya semua orang itu intensinya baik, misal ada yang mengajukan “Oke gue pengen feature ini buat produk A,” Nah kita bisa memilah-milah dengan menjawab, “Kayaknya problem B ini harus diselesaikan dulu deh, karena ini akan mendekatkan kita ke product goal.” 

Jadi semua pertanyaan atau ide yang diajukan itu intensinya baik, mindset tim Product pun harus lihat kesana. Tapi ya balik lagi, tidak semua ide, dan tidak semua problem layak diselesaikan. Harus pilih-pilih dan dilihat dari prioritasnya juga. 

========================================================================================================

Q: Dalam menciptakan sesuatu pasti Mas Trimo dan tim Product kan sering menemukan momen try and failednya dari sebuah produk. Gimana Mas Trimo menanggapi kalau ide/inovasi yang dihadirkan mendapatkan respon yang kurang baik dan tidak sesuai harapan?

A: Kalau hasil tidak sesuai harapan ya harus lihat dulu. Harus diam dulu lah ibaratnya. Coba dilihat lagi, apa yang terjadi? Apa yang bisa dikatakan salah? Dari situ akan dapat banyak hal yang bisa diperbaiki untuk kedepannya. 

Inti dari Product Management dalam konteks Digital Product, kalau gagal di bulan ini ya bisa diperbaiki di bulan berikutnya. Sebenarnya yang lebih celaka atau bahaya itu dari tim Product yang gimana? Kalau dia tidak bisa ambil pelajaran dari apapun itu, baik dari kegagalan atau keberhasilan, ya itu yang lebih bahaya. Kalau misalkan dia tidak tahu, kenapa dia bisa gagal atau berhasil itu yang lebih celaka menurut gue, karena dia tidak tahu apa yang dia kerjakan. 

========================================================================================================

Q: Nah kalau lo menemukan itu di tim yang lo pimpin gimana? Tim Product sendiri kan membutuhkan teamwork ya, kalau kolaborasi berubah jadi toxic karena ada berbagai perbedaan atau satu orang melenceng, apa yang lo akan lakukan?

A: Kalau menurut gue, collaboration dan toxic adalah hal yang bertentangan. Jadi collaboration tapi toxic, toxic tapi collaboration. Itu harusnya kata yang harus berdiri sendiri. Kalau misalkan collaboration ya masing-masing pihak tahu ini konteksnya collaboration. Kalau contohnya ada satu atau dua orang yang berpotensi toxic, yang akan gue lakukan pertama kali adalah mengajak ngobrol orang tersebut, gaya komunikasi yang biasa gue gunakan adalah komunikasi persuasif. 

Jadi coba ngobrol secara persuasif, gue akan mendengarkan versi dari orang tersebut tuh gimana. Bisa jadi tindakan yang dia lakukan atau apapun yang dia lakukan di kerjaan ada alasan kenapa dia melakukan itu, ada trigger-nya. Dari sana akan tahu apa root cause dari permasalahan seseorang.  Kalau misalkan sudah tahu root cause-nya, itu jadi hal pertama yang harus dilakukan dan diselesaikan terlebih dahulu. Setelah itu diselesaikan, biasanya output-nya akan berangsur membaik dan ini akan berpengaruh positif terhadap tim.  

Yang sering terjadi, seseorang menjadi toxic karena communication gap. Apa yang ingin disampaikan, apa yang disampaikan, apa yang ditangkap dan apa yang dilaksanakan seringkali terjadi gap. Misalkan yang diomongin A, yang dimengerti B, yang didiskusikan C, yang dilakukan D. Kalau seperti itu kan pasti sudah tidak nyambung. Mulai dari situ harus selaras dulu, jadi masing-masing individu di tim Product, dituntut harus bisa tahu konteks, harus bisa menyamakan frekuensi, baru setelah itu kita akan berbicara soal pekerjaan. 

========================================================================================================

Q: Jadi, apa yang Mas Trimo lakukan untuk meningkatkan kolaborasi di tim yang Mas pimpin? 

A: Oke, meningkatkan kolaborasi itu caranya kan bermacam-macam ya. Yang pertama tentu harus tahu nih, setiap orang biasanya ada alasan kenapa dia kerja atau join di suatu perusahaan. Jadi sebagai leader, gue harus tahu why-nya tim member itu apa. Selain itu, gue harus tau goal dari tim ini dan coba mengaitkan hal itu ke why dari tim member. Kurang lebih tanggung jawab sebagai leader itu harus bisa creating good story gitu. 

Jadi dari mengaitkan company goals dengan why dari tim member, setelah itu akan lebih mudah untuk mencapai target as a team. Karena masing-masing tim member akan mengerti, “Oke, gue harus menyelesaikan ini, tanggung jawab gue di sini, gue bisa kontribusi seberapa besar.” Selain itu, tim member juga jadi tahu, kalau berhasil akan seperti apa bentuknya, dan kalau gagal pun akan seperti apa bentuknya, dari sini akan lebih mudah kasih direction ke tim member kedepannya.

========================================================================================================

Q: Dari Mas Trimo sendiri, adakah tips untuk Alterrans agar tetap Champion dan tidak patah semangat kalau menemui kendala di dalam pekerjaan?

A: Mungkin ini sebagai pengingat buat gue juga ya, haha. Yang pertama adalah mempunyai positive mindset. Menurut gue itu hal yang paling penting, jadi segala sesuatu itu gue percaya banget bermula dari believe itu

Kurang lebih seperti kehidupan gitu lah ya. Kita mau bahagia, sedih, mau senang itu balik lagi dari kita. Begitu juga dengan konteks pekerjaan, misalkan kontribusi kita mau sebesar apa itu juga mulai dari kita sendiri, terus harus dapat strong why-nya nih kenapa kita melakukan itu? Mungkin harus diingat, apapun posisi kita sekarang, mungkin itu doa kita satu atau dua tahun yang lalu. Jadi harus banyak bersyukur apalagi sekarang masih masa pandemi gini ya. Kita masih punya pekerjaan, masih kerja di company yang growthnya masih bagus, kita harus bersyukur, dan terus berkontribusi. 

Jadi harus melihat dari sudut pandang yang positif, bahwa hidup selalu ada pilihan. Sebagai orang Product, gue terlatih untuk melihat permasalahan dari pros and cons-nya, dari sana gue belajar bahwa gue punya pilihan, “Oh oke keadaannya seperti ini, gue punya pilihan ambil positif atau yang negatifnya.” Sebagai individu harus sadar lah ya, kalau gue ambil tindakan ini karena apa dan konsekuensinya apa. 

========================================================================================================

Q: Nah terakhir nih, apa yang ingin mas Trim sampaikan untuk semua Alterrans terkait bekerja di masa pandemi seperti sekarang?

A: Bekerja di masa pandemi, pertama kita harus bersyukur. Alterra sebagai company masih bisa grow itu menurut gue salah satu hal yang layak disyukuri. Kita juga harus berpikir, mungkin dengan posisi kita bekerja sebagai apapun dan dimanapun, kita masih diberikan kepercayaan sama yang di atas. Jadi kalau kiblatnya itu pemberi hidup, kita tidak ada alasan untuk menyia-nyiakan apa yang harus kita lakukan. 

Gue inget banget kata Jefrey “Kita jangan take it for granted dengan apapun yang kita miliki sekarang,” kita harus merasa bersyukur atas apa yang kita punya sekarang. Lakukan apapun yang di depan kita dengan baik, karena sekeliling kita seperti ruangan, kamar, dapur di rumah atau semesta secara luas akan memantulkan energi apapun yang kita release. Kalau intention kita memang positif dan niat kita baik, semesta akan mengerti, dan membalas apa yang kita release

========================================================================================================

Nah, itu dia rangkaian wawancara kita kali ini bersama Trimo Leksono. Gimana menurut, Alterrans? Buat yang penasaran dengan wawancaranya, silakan langsung lihat cuplikan videonya yuk di Youtube Channel Alterra di bawah ini! Sekalian komen di videonya ya, siapa lagi yang harus kita wawancara untuk masuk #RealStory? Ditunggu ya Alterrans!

Baca Juga Artikel Alterrans Lainnya

7 Referensi Situs Gambar Untuk Mempercantik Slide Presentasi

Halo Alterrans, Perkenalkan aku Letisia, Design Specialist dari tim Marketing. Kali ini aku mau memberikan beberapa tips nih. Adakah selama ini yang sering bingung mau mencari gambar untuk mempercantik presentasi dengan kualitas yang oke dan tanpa background?  Nah, aku sudah merangkum beberapa referensi untuk kita bisa download aset ilustrasi, ikon, dan foto tersebut secara gratis. […]

Read More

Enam Bulan Bersama Alterra

Halo Alterrans! Saya ingin berbagi cerita sedikit bagaimana magang di Alterra. Sebelum magang di Alterra, saya hanya mengerti apa itu procurement in general. Setelah magang di Alterra sebagai procurement intern saya dapat mengerti lebih dalam tentang procurement. Saya juga diajarkan bagaimana melakukan vendor comparison, evaluasi vendor, melakukan audit vendor, dan membuat purchase requisition serta purchase […]

Read More
×

How can we help you?

Jika Anda memiliki pertanyaan seputar produk atau bisnis dengan Alterra, silakan isi form di bawah ini. Kami dengan senang hati akan menjawab dan membantu Anda.